BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Clavikula (tulang
selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian depan bahu dan atas
dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang yang
membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. serta
memberikan perlindungan kepada penting yang mendasari pembuluh darah dan saraf.
Tulang clavicula merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga jika terdapat
beban berlebih akan menyebabkan beban tulang clavicula berlebih, hal ini bias
menyebabkan terputusnta kontinuitas tulang tersebut (Dokterbujang.2012).
Fraktur clavicula
merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang terjadi. Fraktur
clavicula juga merupakan cedera umum di bidang olahraga seperti seni bela diri,
menunggang kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung maupun tidak
langsung. Tidak menutup kemungkinan fraktur clavicula yang terjadi disertai
dengan trauma yang lain, karena letaknya yang berdekatan dengan leher, setiap
kejadian fraktur clavicula harus dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur
clavicula bias bersifat terbuka atau tertutup, tergantung dari mekanisme
terjadinya (Dokterbujang, 2012).
Penatalaksanaan yang
paling sering dilakukan dengan menggunakan tindakan operatif, dengan pemasangan
plat / orif. Hal ini berpotensi menimbulkan beberapa masalah dalam
penatalaksanaan perioperatif.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,
penulis mempunyai rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
asuhan keperawatan pre operatif pada pasien dengan fraktur clavicula?.
2. Bagaimana
asuhan keperawatan intra operatif pada pasien dengan fraktur clavicula?.
3. Bagaimana
asuhan keperawatan post operatif pada pasien dengan fraktur clavicula?.
C.
Ruang
Lingkup
Dari rumusan masalah
diatas penulis membatasi area meliputi asuhan keperawatan perioperatif ( pre
operatif, intra operatif, dan post operatif) pada pasien dengan fraktur
clavicula di Instalasi Bedah Sentral PKU Muhammadiyah Gombong.
D.
Tujuan
1. Tujuan
Umum
Mengetahui
secara lengkap asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan fraktur
clavicula.
2. Tujuan
Khusus
a. Mahasiswa
mampu merencanakan dan melakukan asuhan keperawatan pre operatif pada pasien
dengan fraktur clavicula.
b. Mahasiswa
mampu merencanakan dan melakukan asuhan keperawatan intra operatif pada pasien
dengan fraktur clavicula.
c. Mahasiswa
mampu merencanakan dan melakukan asuhan keperawatan post operatif pada pasien
dengan fraktur clavicula.
d. Mahasiswa
mampu melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan perioperatif pada pasien
dengan fraktur clavicula.
E.
Manfaat
1. Bagi
individu
Membandingkan teori yang diperoleh
dengan praktik nyata di lapangan dalam melakukan asuhan keperawatan nyata pada
pasien fraktur clavicula.
2. Bagi
rumah sakit
Membantu memberikan informasi tentang
asuhan keperawatan perioperatif dengan kasus fraktur clavicula.
3. Bagi
institusi
Menambah kepustakaan mengenai asuhan keperawatan
dengan fraktur clavicula, sehingga bias dikembangkan kembali oleh mahasiswa
yang lain, sesuai dengan perkembangan ilmu yang semakin berkembang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Anatomi
Dalam anatomi manusia,
clavicula atau tulang leher diklasifikasikan sebagai tulang panjang yang
membentuk bagian dari sabuk bahu ( pectoral korset) atau artinya kunci kecil. Clavicula
merupakan tulang yang berbentuk huruf S, bagian medial melengkung lebih besar
dan menuju anterior, lengkungan bagian lateral lebih kecildan menghadap ke
posterior. Ujung medial clavicula disebut ekstremitas sternalis, membentuk
persendian dengan sternum, dan ujung lateral disebut ekstremitas acromalis,
membentuk persendian dengan akromion. Shoulder komplek merupakan sendi yang
paling kompleks pada tubuh manusia, karena memiliki 5 sendiyang saling
terpisah. Shoulder komplek terdiri dari 3 sendi synovial dan 2 sendi non
synovial. Tiga sendi synovial adalah sternoclavicular joint, acromioclavicular
joint, dan glenohu-meral joint. 2 sendi non-sinovial adalah suprahumeral joint
dan scapulothoracic joint (Sulhaerdi, 2012).
Walaupun dikelompokkan dalam tulang panjang, clavicula adalah tulang satu-satunya yang tidak
memiliki rongga sumsum tulang seperti pada tulang panjang lainnya. Clavicula
tersusun dari tulang spons.Perlekatan otot-otot dan ligamentum yang berlekatan
pada clavicula:
1.
Permukaan superior:
a)
Otot deltoideus
pada bagian tuberculum deltoideus
b)
Otot trapezius
2.
Permukaan inferior
a)
Otot subclavius
pada sulcus musculi subclavii
b)
Ligamentum
conoideum (bagian medial dari ligamentum coracoclaviculare) pada tuberculum
conoideum
c)
Ligamentum
trapzoideum (bagian lateral dari ligamentum coracoclaviculare pada linea
trapezoidea
3.
Batas anterior:
a)
Otot pectoralis
mayor
b)
Otot deltoideus
c)
Otot
sternocleidomastoid
d)
Otot
sternohyoideus
e)
Otot trapezius
B.
Definisi
1. Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai tipe dan luasnya (Harnowo, 2002, dalam
keperawatansite.blogspot.com, 2013).
2. Fraktur adalah setiap retak atau patah pada
tulang yang utuh.( Reeves C.J,Roux G & Lockhart R,2001, dalam
keperawatansite.blogspot.com, 2013).
3. Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya
kontinuitas struktur tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Smeltzer
S.C & Bare B.G,2001, dalam keperawatansite.blogspot.com, 2013).
4. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Arif,
2000, dalam keperawatansite.blogspot.com, 2013).
5.
Fraktur clavikula (tulang kolar)
merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau hantaman langsung ke
bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau proksimal
clavikula (Putra, 2013).
C.
Tanda
& Gejala
Kemungkinan akan mengalami sakit, nyeri, pembengkakan, memar,
atau benjolan pada daerah bahu atau dada atas. Tulang dapat menyodok melalui
kulit, tidak terlihat normal. Bahu dan lengan bisa terasa lemah, mati rasa, dan
kesemutan. Pergerakan bahu dan lengan juga akan terasa susah. Anda mungkin
perlu untuk membantu pergerakan lengan dengan tangan yang lain untuk mengurangi
rasa sakit atau ketika ingin menggerakan (Medianers, 2011).
D.
Patofisiologi
Patah Tulang selangka ( Fraktur klavikula) umumnya disebabkan
oleh cedera atau trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi
tangan ketika terbentur terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan
langsung ke bahu juga dapat menyebabkan patah tulang selangka / fraktur
klavikula. Hal ini mungkin terjadi selama perkelahian, kecelakaan mobil, atau
dalam olahraga, seperti sepak bola dan gulat
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic,
patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun
tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume
darah menurun. COP (Cardiac Out Put) menurun maka terjadi peubahan perfusi
jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal
maka penumpukan di dalam tubuh.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan
dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas
fisik terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak
yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan
mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya
disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka
atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf
yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai
tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak
sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat
mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi
dengan udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup
akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang
telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 1995 : 1183,
dalam keperawatansite, 2013).
E.
Pemeriksaan
Penunjang
1. CT scan.
Sebuah mesin x-ray
khusus menggunakan komputer untuk mengambil gambar dari klavikula Anda. Anda
mungkin akan diberi pewarna sebelum gambar diambil. Pewarna biasanya diberikan
dalam pembuluh darah Anda (Intra Vena). Pewarna ini dapat membantu petugas
melihat foto yang lebih baik. Orang yang alergi terhadap yodium atau kerang
(lobster, kepiting, atau udang) mungkin alergi terhadap beberapa pewarna.
Beritahu petugas jika Anda alergi terhadap kerang, atau memiliki alergi atau
kondisi medis lainnya.
2. Magnetic resonance
imaging scan:
Disebut juga MRI. MRI
menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil gambar tulang selangka
/klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI, gambar diambil dari
tulang, otot, sendi, atau pembuluh darah. Anda perlu berbaring diam selama MRI.
3. X-ray
x-ray digunakan untuk
memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari kedua klavikula Anda
terluka dan terluka dapat diambil.
F.
Therapi
Pengobatan akan sangat tergantung pada
kerusakan dan jenis fraktur yang terjadi. Kebanyakan klavikula patah sembuh
dengan sendiri. Anda mungkin perlu istirahat dan melakukan latihan khusus untuk
membantu menyembuhkanya. Hal ini sangat penting untuk menjaga lengan Anda dari
bergerak untuk memungkinkan klavikula untuk sembuh total atau perlu salah satu
dari tindakan dibawah berikut:
1. Obat-obatan:
Obat-obatan dapat
diberikan untuk meringankan rasa sakit. Anda juga mungkin perlu obat antibiotik
atau suntikan tetanus jika terdapat luka robek di kulit.
2. Sling atau selempang
3. Terapi pendukung
Paket es dapat ditempatkan pada klavikula yang
patah untuk mengurangi pembengkakan, nyeri, dan kemerahan. Latihan yang
meningkatkan jangkauan gerak dapat dilakukan setelah rasa sakit berkurang. Hal
ini membantu untuk membawa kembali kekuatan dan kekuatan bahu dan lengan.
4. Pembedahan
Mungkin memerlukan
pembedahan untuk mengembalikan tulang kembali ke posisi normal jika patah/
fraktur parah. Pembedahan juga mungkin diperlukan untuk memperbaiki klavikula
yang menonjol keluar keluar melalui kulit. Pemasangan Plate screw / pen dapat
digunakan untuk menahan tulang lebih stabil. Masalah lebih lanjut, seperti
cedera pada saraf atau pembuluh darah juga dapat diobati dengan operasi.
G.
Fokus
Pengkajian
Pengkajian
pada klien fraktur menurut Doengoes, (2000) diperoleh data sebagai berikut :
1.
Aktivitas
(istirahat)
Tanda :
Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera
fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan
nyeri)
2.
Sirkulasi
Tanda :
Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri) atau hipotensi
( kehilangan darah), takikardia ( respon stress, hipovolemia), penurunan / tidak
ada nadi pada bagian distal yang cedera : pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian
yang terkena pembengkakan jaringan atau massa hepatoma pada sisi cedera.
3.
Neurosensori
Gejala :
Hilang sensasi, spasme otot, kebas / kesemutan (panastesis)
Tanda :
Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi, spasme otot,
terlihat kelemahan / hilang fungsi, agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri atau
trauma)
4.
Nyeri /
kenyamanan
Gejala :
Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan
/ kerusakan tulang : dapat berkurang pada imobilisasi ; tidak ada nyeri akibat kerusakan
saraf, spasme / kram otot (setelah imobilisasi)
5.
Keamanan
Tanda :
Laserasi kulit, avulse jaringan, perubahan warna, pendarahan, pembengkakan local
(dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba
Diagnosa
Keperawatan
1.
Nyeri
berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema
dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
2.
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik, kerusakan
sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi, kelemahan,
penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.
3.
Hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan muskuloskletal,
terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
4.
Risiko
perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan
5.
Risiko
cedera berhubungan dengan proses pemindahan pasien post operasi
H.
Intervensi
Keperawatan
No
|
Dx kep
|
Tujuan dan Kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||||||||
1
|
Nyeri akut berhubungan dengan
diskontinuitas tulang
|
NOC:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama proses keperawatan pasien diharapkan mampu mempertahankan
tingkat nyeri pada:
Keterangan :
1.
Tidak
pernah menunjukan
2.
Jarang
menunjukan
3.
Kadang-kadang
menunjukan
4.
Sering
menunjukan
5. Selalu menunjukan
|
a.
Kaji KU pasien
terhadap nyeri
b.
Kaji PQRST nyeri pasien
c.
Jelaskan tentang prosedur yang dapat menurunkan dan
meningkatkan nyeri
d.
Ajarkan teknik nafas dalam
e.
Kolaborasi
pemberian obat analgetik jika perlu.
f.
Kaji TTV dan KU pasien
|
Mengetahui cara
yang efektif untuk mengatasi nyeri
Untuk mengetahui tingkat nyeri
pasien
Memberi alternatif meringankan nyeri
Untuk
meringankan dan memberikan rasa nyaman
juga mengalihkan
nyeri pasien
Analgetik dapat mengurangi nyeri
Mengetahui perkembangan kondisi
pasien
|
Dx kep
|
Tanggal/ jam
|
Tujuan dan
kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||||||||
Risiko perdarahan berhubungan
dengan proses pembedahan
|
08-2-2013
10.50 wib
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan masalah risiko perdarahan tidak terjadi dengan
kriteria hasil:
|
1.
Monitor
perdarahan pada daerah pembedahan setelah dilakukan insisi.
2.
Bantu operator dan asisten bila terjadi perdarahan
hebat
3.
Monitor
vital sign melalui bedsite monitor
|
Mengetahui jumlah perdarahan yang
muncul
Minimalisasi perdarahan
Mengetahui perkembangan kondisi
pasien
|
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intevensi
|
Rasional
|
|||||||||
1.
|
Resiko tinggi cedera b.d Proses
pemindahan pasien.
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan diharapkan resiko cedera tidak terjadi.
Dengan
kriteria hasil:
Keterangan :
1. Tidak
pernah menunjukan
2. Jarang
menunjukan
3. Kadang-kadang
menunjukan
4. Sering
menunjukan
5. Selalu
menunjukan
|
a.
Perhatikan posisi pasien
b.
Dekatkan bed di
samping pasien
c.
Lindungi organ
vital pasien
d.
Kolaborasi dengan 2-3 perawat yang ada
e.
Angkat pasien
secara bersamaan
f.
Berikan penyangga di tempat tidur pasien.
|
g.
Keamanaan pasien
tetap terjaga
h.
Menjaga keamanan
i.
Mencegah cedera
j.
Mempermudah
pengangkatan
k.
Mempermudah
pengangkatan
l.
Memberikan rasa
nyaman pada pasien
|
BAB III
TINJAUAN KASUS
I.
PENGKAJIAN
Hari : Kamis
Tanggal : 16 Januari 2014
Tempat : IBS PKU Muhammadiyah
Gombong
Jam : 16.30 WIB
Metode : Studi Pustaka dan
interview
Sumber : Pasien, observasi RM
Oleh : Indra Hermawan
A.
Identitas Pasien
Nama : Sdr. I. H.
Umur : 43 tahun
Jenis
Kelamin : Laki-laki
Alamat : Rt.2 Rw.2
Pejagatan, kutowinangun, Kebumen
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : blm kawin
Diagnosa : fraktur clavicula
sinistra
No.
RM : 236046
Tanggal
Masuk : 16 Januari 2014
B.
Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur : 46 tahun
Alamat : Rt.2 Rw.2
Pejagatan, kutowinangun, Kebumen
Hub.
dengan pasien : Saudara Kandung
C.
Riwayat keshatan
1. Keluhan
Utama
Klien mengeluh Nyeri Bahu Kiri Pasca
kecelakaan motor.
2. Riwayat
penyakit sekarang
Pasien datang dari ruangan pada tanggal
16
Januari 2013 pukul 16.30 WIB dengan rencana pemasangan ORIF
dengan fraktur Clavicula.
Terdapat luka lecet di
bahu kiri,
dan terdapat jejas di dada. pasien
post kecelakaan jatuh dari motor, sedikit terasa nyeri P: Nyeri
bertambah ketika bergerak
,nyeri berkurang saat diimobilisasi, Q: Nyeri seperti tertusuk, S: 5 , T: hilang timbul mulai sampai diimobilisasi. Pasien dipersiapkan untuk operasi, Pasien mengenakan
baju operasi, pasien merasa cemas pada saat akan dioperasi.
3. Riwayat
Dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami
kecelakaan dan mengalami luka lecet, belum pernah menjalani operasi sebelumnya,
klien tidak punya riwayat alergi, klien pernah menjalani pengobatan TBC selama
6 bulan dan dinyatakan sembuh.
4. Riwayat
Penyakit Keluarga
Pasien
mengatakan tidak ada yang mempunyai penyakit seperti DM, Hipertensi ataupun
seperti TBC yang dialami.
D. Pola
Fungsional menurut Virginia Handersoon
1.
Pola Nafas :
Sebelum sakit
: Pasien mampu
bernafas dengan normal dan adekuat.
Saat sakit
: RR 20x/menit, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada cuping
hidung, bernafas normal.
2.
Pola Nutrisi
Sebelum Sakit
: Pasien biasa makan sehari 3x / hari dengan nasi
lauk dan sayur, minum 6 – 8
x /hari (1200 cc).
Saat Sakit
: Pasien dipuasakan 7 jam untuk memenuhi persyaratan
operasi.
3.
Pola Eliminasi
Sebelum Sakit : Pasien BAB normal ( konsistensi
lembek, tanpa kelainan), BAK 4-5 kali ( tanpa kelainan).
Saat Sakit : Pasien terpasang DC ( urine
200cc).
4.
Pola Gerak dan Keseimbangan
Tubuh
Sebelum Sakit :
Pasien
tidak memiliki kecacatan sehingga mampu bergerak dengan seimbang.
Saat Sakit : Selama sakit ada gangguan pergerakan, khususnya tangan
kiri.
5.
Pola Istirahat
Tidur
Sebelum sakit : Pasien
biasa tidur dari jam 21. 00 samapi 05. 30 WIB atau tidur siang 1- 2 jam.
Saat sakit : Pasien tidur ± 7- 8 jam dan kadang
tidak nyaman karena nyeri
6.
Pola
Berpakaian
Sebelum sakit : Pasien dapat mengenakan pakaian tanpa bantuan orang
lain
Saat Sakit : pasien tidak mampu berpakaian sendiri.
7.
Temperatur Tubuh
Sebelum sakit : Pasien mampu mempertahankan
suhu tubuhnya, memakai jaket bila dingin dan memakai kaos kaki.
Saat Sakit
: Suhu badan pasien
36 0C, hanya memakai baju operasi dan terpasang infuse RL 20 tpm.
8.
Personal
Higiene
Sebelum Sakit : Pasien biasa mandi 2x sehari,
gosok gigi 2x sehari.
Saat Sakit : Pasien hanya di
seka sebelum operasi.
9.
Kebutuhan
rasa aman dan nyaman
Sebelum Sakit : Pasien merasa nyaman saat
badannya sehat.
Saat Sakit : Pasien merasa Nyeri dan gelisah akan
operasi.
10.
Pola
Komunikasi
Sebelum Sakit : Pasien
dapat berbicara dengan jelas dan baik.
Saat Sakit : Pasien masih dapat diajak bicara,
menjawab jika ditanya, dan suara jelas.
11.
Kebutuhan Spiritual
Sebelum Sakit : Pasien kadang
menjalankan ibadah sesuai agamanya.
Saat Sakit : Pasien tidak menjalankan sholat lima waktu.
12.
Kebutuhan
Bekerja
Sebelum Sakit : Pasien sebagai wiraswasta.
Saat Sakit : Pasien hanya tertidur
menunggu operasi.
13.
Pola Rekreasi
Sebelum Sakit : Pasien sering berekreasi dengan menonton TV.
Saat dikaji : Pasien berada di rumah sakit sehingga tidak berekreasi.
14.
Kebutuhan
Belajar
Sebelum Sakit : Pasien
belajar dari televise, radio.
Saat Sakit : Pasien mendapatkan informasi dari dokter dan perawat.
E. Keadaan
Umum
Suhu : 362 0C
Nadi : 80 x/menit
TD : 120/90 mmHg
RR : 28 x/menit
F. Pemeriksaan
Fisik
KU : Baik
Kesadaran : Compos Metis
Pemeriksaan
fisik head to toe
Kepala : Mesocephal, simetris, rambut bersih
Mata : Simetris, konjungtiva anemis,
Hidung : Tidak terdapat polip, tidak ada penumpukan
sekret
Telinga :
Tidak ada serumen
Mulut : Gigi bersih, mukosa bibir lembab
Leher :Tidak
terdapat pembesaran kelenjar tiroid
Thoraks
I : Terdapat luka lecet,
tidak ada retraksi dada, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, pulsasi jantung
kuat.
P : Tidak ada nyeri tekan,
tidak teraba adanya massa tambahan.
P : Paru sonor, jantung
pekak, tidak ada efusii
A : Paru bersih, jantung
regular tanpa suara tambahan
Abdomen
I : Tidak ada Jejas, .
A : -
P : Suara timpani, tanpa
redup
P : Tidak ada nyeri tekan.
Genetalia : Terpasang DC No 16
Ekstermitas
- atas : terpasang IVFD RL 20tpm, akral
hangat, Luka lecet di jari tengah tangan kiri
- bawah : tak ada jejas, akral hangat.
G.
Data Penunjang
Hasil pemeriksaan radiologi ( Rontgen
Thorak ) Terdapat fraktur
klavikula Sinistra.
H.
Persiapan Pasien
1. Cairan
parenteral : Infus RL 500cc
2. Jenis
Anestesi : General
Anestesi
3. Latihan :Pasien
sudah diajari teknik nafas dalam
4.
Baju operasi : Sudah
5.
Inform consent : Sudah
6.
Kebersihan colon : Sudah 6-7 jam
7.
Persiapan mental : Sudah ( berdoa )
8.
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 16 Januari 2014
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Satuan
|
Nilai
Normal
|
Leukosit
|
14.02
|
10^3
/uL
|
4.80-
10.80
|
Eritrosit
|
5.11
|
10^6/Ul
|
4.70-6.10
|
Hemoglobin
|
10.5
|
g/dL
|
14.0-
18.0
|
Hematokrit
|
35.4
|
%
|
42.0-52.0
|
MCV
|
69.3
|
Fl
|
79.00-99.0
|
MCH
|
20.5
|
Pg
|
27.0-31.0
|
MCHC
|
29.7
|
g/dl
|
33.0-37.0
|
Trombosit
|
245
|
10^3/uL
|
150-450
|
GDS
|
86.0
|
g/dl
|
70-105
|
HBSAg
|
Negatif
|
-
|
Negataif
|
CT/BT
|
5/1
|
Menit
|
-
|
A. Pre
operasi
a.
Analisa
Data
Tanggal/ jam
|
Data Fokus
|
Etiologi
|
Masalah
|
16 Januari 2014
(16.30)
|
DS :
Pasien mengatakan
bahu kiri nya sakit dan ,
P: Nyeri bertambah ketika bergerak, nyeri berkurang saat
diimobilisasi,
Q: Nyeri seperti ditusuk,
R: Regio bahu Sinistra
S: 5,
T: hilang timbul
DO:
Px rogten fraktur klavikula
TD : 120/90 mmHg
S : 360C
N : 80
x/mnt
R : 25 x/mnt
|
Diskontinuitas tulang
|
Nyeri Akut
|
b. Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan Diskontinuitas
tulang
c.
Penatalaksanaan/
Intervensi Keperawatan
No
|
Dx kep
|
Tujuan dan Kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||||||||
1
|
Nyeri akut berhubungan dengan
diskontinuitas tulang
|
NOC:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 15 menit nyeri klien bias berkurang dengan KH:
Keterangan :
5.
Tidak
pernah menunjukan
6.
Jarang
menunjukan
7.
Kadang-kadang
menunjukan
8.
Sering
menunjukan
5. Selalu menunjukan
|
a.
Kaji KU pasien
terhadap nyeri
b.
Kaji PQRST nyeri pasien
c.
Ajarkan teknik nafas dalam
d.
Kaji TTV dan KU pasien
|
Mengetahui cara
yang efektif untuk mengatasi nyeri
Untuk mengetahui tingkat nyeri
pasien
Untuk meringankan dan memberikan
rasa nyaman juga mengalihkan nyeri pasien
Mengetahui perkembangan kondisi
pasien
|
d. Implementasi Keperawatan
No dx
|
Tanggal/ jam
|
Tindakan
|
Respon
|
1
|
16-1-2-14
Jam
16.40 WIB
|
a.
Mengkaji KU pasien
terhadap nyeri
b.
Mengkaji PQRST nyeri pasien
c.
Mengajarkan teknik nafas dalam untuk memberikan rasa
nyaman
d.
Mengkaji
TTV dan KU pasien
|
Pasien menganggap nyeri nya wajar dan pasien bersabar
terhadap rasa nyeri yang dialami
Pasien mengatakan
P:
Nyeri, bertambah ketika bahu di gerakan dan di angkat ,nyeri
berkurang saat diimobilisasi,
Klien
tampak meringis kesakitan ketika bahu digerakan,
Q:
Nyeri seperti ditusuk
S:
5
T:
hilang timbul
sampai diimobilisasi
Pasien kooperatif
dan melakukan
TD: 120/90mmHg, N:80x/m, RR: 24x/m, S: tidak
terkaji
|
e. Evaluasi
Keperawatan
No dx
|
Tanggal/ jam
|
Evaluasi
|
1
|
16-1-2014
Jam
16.55 wib
|
S: Pasien mengatakan nyeri belum berkurang Skala nyeri 5
O:Pasien tampak meringis kesakitan ketika bahunya digerakkan, TD: 110/70 mmHg,
N: 80x/m, RR: 22x/m
A: Masalah belum teratasi
P:Lanjut
untuk persiapan tindakan operasi
|
B. Intra
Operasi
1. Persiapan
pasien di meja oprasi
Posisi pasien :supinasi
TD : TD: 100/60 mmHg,
N : 83x/m,
RR : 20x/m
Pemasangan : bed side monitor
Pemasangan : bed side monitor
Waktu
operasi: tanggal 16
Januari 2014 pukul 16.55-17.50 wib
Anestesi :
general anestesi
a) Analisa
Data dan dx Keperawatan
No dx
|
Tanggal/jam
|
Data fokus
|
Etiologi
|
Problem
|
1
|
16-1-2014
17.00 wib
|
DS:
-
DO: Adanya luka insisi sepanjang ± 10cm
dibagian bahu kiri.
|
Proses pembedahan
|
Risiko perdarahan
|
b) Diagnosa
Keperawatan
Resiko perdarahan berhubungan dengan proses
pembedahan
c)
Intervensi Keperawatan
Dx kep
|
Tanggal/ jam
|
Tujuan dan
kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||||||||
Risiko perdarahan berhubungan
dengan proses pembedahan
|
16-1-2014
17.00 wib
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama +- 1 jam operasi diharapkan risiko perdarahan dapat
teratasi dengan KH:
Keterangan :
1.
Tidak
pernah menunjukan
2.
Jarang
menunjukan
3.
Kadang-kadang
menunjukan
4.
Sering
menunjukan
5. Selalu menunjukan
|
1.
Monitor
perdarahan pada daerah pembedahan setelah dilakukan insisi.
2.
Bantu operator dan asisten bila terjadi perdarahan
hebat
3.
Monitor
vital sign melalui bedsite monitor
4.
Monitor
status cairan parenteral untuk support intake cairan tubuh selama operasi
|
Mengetahui jumlah perdarahan yang
muncul
Minimalisasi perdarahan
Mengetahui perkembangan kondisi
pasien
Mempertahankan status hemodinamik
tubuh karena proses pembedahan
|
d)
Implementasi keperawatan
Tanggal/ jam
|
Implementasi
|
Respon
|
16-1-2014
17.00 wib
|
1.
Memonitor perdarahan pada daerah pembedahan selama
operasi
2.
Membantu operator dalam memanajemen perdarahan
3.
Memonitor
vital sign
4.
Memonitor
status cairan parenteral untuk support intake cairan tubuh selama operasi
|
-
Perdarahan ± 100 cc
-
Mengedep area yang terjadi perdarahan, suction,
penjahitan luka insisi.
-
Klien tidak sadar
-
Nadi : 88x/menit
RR : 20x/menit
TD : 126/31mmHg
S : tidak terkaji
Terpasang Infus RL
|
e)
Evaluasi Keperawatan
Dx kep
|
Tanggal/ jam
|
Evaluasi
|
Risiko perdarahan berhubungan
dengan prosea pembedahan
|
16-1-2014
17.55 wib
|
S: -
O:
-
klien
tidak sadar
-
perdarahan:100cc
-
TD: 126/31 mmHg, N:
88x/m,
S: tidak terkaji, RR: 20x/m
-
luka insisi
sudah dijahit
A: Masalah teratasi
P: Berikan informasi tentang perawatan luka post op
|
C.
Post
Operasi
1. Pengkajian
a. Pengkajian
primer
A
(Airway) : Tidak ada
sumbatan jalan nafas, pasien hanya
tiduran
B
(Breathing) : Suara nafas
vesikuler, RR : 20x/menit, SaO2 98%
C
(Circulation) : Tidak ada
sianosis, CRT < 2 detik, TD 120/80 mmHg, N: 88x/m,
masih ada efek anestesi
b. Pengkajian
sekunder
Kesadaran
pasien : Compos Metis (GCS = 15)
TD : 120/80
mmHg
Nadi : 88x/menit
Pemeriksaan
fisik :
Kepala
|
:
|
Bentuk mesocepal, tidak ada benjolan, distribusi rambut
baik dan bersih
|
Mata
|
:
|
Sklera unikterik, konjungtiva tidak anemis, mata simetris
|
Hidung
|
:
|
Terpasang binasal kanul O2 2 liter
|
Mulut
|
:
|
Mukosa bibir lembab, gigi agak kotor, tidak ada pembesaran
tonsil, bibir pucat
|
Telinga
|
:
|
simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik.
|
Dada
|
:
|
Bentuk dada normal, tidak ada masa, tidak ada otot bantu
nafas
|
Abdomen
|
:
|
turgor
kulit normal,
|
Genetalia
|
:
|
Tidak
ada penyakit kelamin, tidak ada rambut, terpasang DC
|
Ekstremitas atas
|
:
|
Tangan kiri terpasang infuse RL,
tangan kiri terdapat balutan luka post op dibahu kiri, tangan belum dapat di
gerakkan.
|
Ekstremitas bawah
|
:
|
Kedua kaki bisa di gerakkan.
|
2. Analisa data
No
|
Waktu
|
Data Fokus
|
Masalah
|
Etiologi
|
1.
|
16-1-2014
18.00 wib
|
Subjektif: -
Objektif:
-
Pasien hanya tiduran saat dipindahkan
-
Ekstremitas atas belum dapat digerakan
-
pasien dipindahkan ke ruang RR dengan brankar
-
Pasien dalam masa
post general anestesi,
masih terdapat efek anestesi
-
TD: 120/80 mmHg, N:88x/mnt, RR: 20x/mnt, SaO2 90%
-
CRT < 2 detik
|
Resiko tinggi
cedera
|
Proses
pemindahan pasien
|
3. Diagnosa
Keperawatan
Resiko
tinggi cidera berhubungan dengan proses pemindahan pasien
4. Rencana Post Operasi
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intevensi
|
Rasional
|
|||||||||
1.
|
Resiko tinggi cedera b.d Proses
pemindahan pasien.
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan pasca operasi selama 15 menit diharapkan resiko
cedera tidak terjadi.
Dengan
kriteria hasil:
Keterangan :
1.
Tidak pernah menunjukan
2.
Jarang menunjukan
3.
Kadang-kadang menunjukan
4.
Sering menunjukan
5.
Selalu menunjukan
|
a.
Perhatikan posisi pasien
b.
Dekatkan bed di
samping pasien
c.
Lindungi organ
vital pasien
d.
Kolaborasi dengan 2-3 perawat yang ada
e.
Angkat pasien
secara bersamaan
f.
Berikan penyangga di tempat tidur pasien.
|
a.
Keamanaan pasien
tetap terjaga
b.
Menjaga keamanan
c.
Mencegah cedera
d.
Mempermudah
pengangkatan
e.
Mempermudah
pengangkatan
f.
Memberikan rasa
nyaman pada pasien
|
5. Implementasi keperawatan
No
|
Tanggal/
waktu
|
Implementasi
|
Respon
|
1
|
16-1-2014
18.00 wib
|
a.
Memperhatikan
posisi pasien
b.
Mendekatkan
bed di samping pasien
c.
Melindungi
organ vital pasien
d.
Kolaborasi
dengan 2-3 perawat yang ada
e.
Mengakat
pasien secara bersamaan
f.
Memberikan penyangga di tempat tidur pasien.
|
Pasien dalam posisi supine dan
keadaan tenang
Pasien tenang
Pasien aman
Proses pengangkatan berjalan lancar
Pasien tampak tidur
Pasien tenang
|
6. Evaluasi Keperawatan
Dx kep
|
Tanggal/ jam
|
Evaluasi
|
Risiko cedera berhubungan dengan
proses pemindahan pasien
|
16-1-2014
18.15 wib
|
S : -
O :
a.
Pasien
dalam posisi supinasi
b.
Pasien
aman
c.
pasien
tampak tidur
d.
pasien
tenang
A : Masalah teratasi
P : pertahankan kondisi yang aman sampai ada
serah terima dengan perawat ruangan.
|
BAB
IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan
pada pasien bernama Tn. I.H dengan riwayat post jatuh dari motor dan
terserempet jatuh miring kekiri dengan trauma pada bahu,tidak ada jejas di abdomen dan belum pernah melakukan operasi ada
krepitasi.
B.
Proses Keperawatan
1.
PRE OPERASI
a.
Diperoleh
diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
tulang. Hal ini sesuai dengan teori bahwa manifestasi klinis dari fraktur cruris
adalah nyeri.
b.
Tindakan yang dilakukan dalam pre
operasi meliputi:
1)
Mengkaji
KU pasien terhadap nyeri
2)
Mengkaji
PQRST nyeri pasien
3)
Mengajarkan
teknik nafas dalam untuk memberikan rasa nyaman
4)
Mengkaji TTV dan KU pasien
Dengan hasil evaluasi yang di tunjukan:
1) S: Pasien mengatakan nyeri belum berkurang Skala nyeri masih pada skala 5
2) O: Pasien tampak meringis kesakitan
ketika bahunya digerakkan,
3) A: Masalah belum teratasi
4) P: Lanjut untuk persiapan tindakan operasi
2.
INTRA OPERASI
a.
Pada intra operasi dilakukan persiapan
seperti: pengaturan posisi pasien (supinasi), pemasangan bed site monitor,
penyuntikan anestesi menggunakan general anestesi. Kemudian persiapan alat yang
digunakan meliputi Set Tulang dan Set tambahan berupa set hernia dan bahan
habis pakai.
b.
Tindakan operasi atau proses operasi
yang dilakukan diantaranya, yaitu:
Desinfeksi
daerah operasi
|
Drapping
|
Menandai
daerah sayatan ±10cm di bahu kanan
|
Melakukan
sayatan pada kulit sampai otot
|
Mempertahankan
hemostatis
|
Reposisi
fraktur menahan area fraktur
|
Fiksasi
fraktur
|
Memasang
plat
|
Bor
area fraktur
|
Mencuci
daerah operasi
|
Hecting
otot (jahitan: satu-satu)
|
Hecting
sub cutis/lemak (jahitan: satu-satu)
|
Hecting
kulit (jahitan: continous)
|
Desinfeksi
|
Balut
luka
|
c. Dilakukannya
tindakan ORIF clavikula, sayatan dilakukan di area bahu bagian kiri, dapat
diambil diagnosa risiko perdarahan berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan.
d. Dengan
hasil evaluasi yang di tunjukan:
1) S : -
2)
O :
klien tidak sadar, perdarahan:100cc, TD: 126/31
mmHg, N: 88x/m, S: tidak terkaji, RR: 20x/m, luka insisi sudah dijahit
3) A : Masalah teratasi
4) P : Berikan informasi tentang perawatan luka post op
3. POST
OPRASI
a. Pada
post oprasi dilakukan tindakan pengkajian diantaranya pengkajian primer,
sekunder dan pemeriksaan fisik.
b. Setelah
pengkajian, ditemukan diagnosa risiko tinggi cedera berhubungan dengan
pemindahan pasien, karena efek general anestesi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa general anestesi
memiliki efek, dengan tindakannya meliputi:
1) Memperhatikan posisi pasien
2) Mendekatkan
bed di samping pasien
3) Melindungi
organ vital pasien
4) Kolaborasi
dengan 2-3 perawat yang ada
5) Mengakat
pasien secara bersamaan
6) Memberikan penyangga di tempat tidur pasien.
Dengan
hasil evaluasi yang ditunjukan, yaitu:
1) S : -
2) O : Pasien dalam posisi supinasi, Pasien aman,
pasien tampak tidur, pasien tenang
3) A : masalah
teratasi
4) P : pertahankan
kondisi yang aman sampai ada serah terima dengan perawat ruangan.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pre
operasi dengan fraktur klavikula
2. Mahasiswa mampu membantu dalam asuhan keperawatan intra operasi dengan fraktur klavikula
3. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan post
operasi dengan fraktur klavikula
B. Saran
1. Dalam
mempersiapkan pasien yang akan dilakukan operasi sebaiknya semua persiapan pre
operasi benar-benar dipersiapkan secara maksimal, guna mencegah terjadinya
komplikasi pembedahan.
2. Pasien
atau keluarga pasien yang sudah di operasi sebaiknya di beri pendidikan
kesehatan terkait perawatan post operasi.
3. Kerjasama
team bedah perlu ditingkatkan guna tercapinya model praktek keperawatan
professional di ruang IBS.
DAFTAR PUSTAKA
Difayana, Aditya. 2013. Laporan Pendahuluan Fraktur. http://adityadifayana.blogspot.com
/2013/01/laporan-pendahuluan-fraktur.html.
Diakses 20 Januari 2014.
Anonim. 2013. Askep Post Fraktur Klavikula. http://keperawatansite.blogspot.com/2013/
06/askep-post-fraktur-klavikula.html. Diakses 20 Januari 2014.
Putra, Yongke. 2013. Askep Fraktur Clavicula. http://yongke-putra.blogspot.com/2013/09/askep-fraktur-clavicula.html.
Diakses 20 Januari 2014.
Anonim. 2011. Penatalaksanaan Patah Tulang Selangka. http://medianers.blogspot.com/2011/09/penatalaksanaan-patah-tulang-selangka.html.
Diakses 20 Januari 2014.
Anonim. 2012. Fraktur Klavikula. http://dokterbujang.wordpress.com/2012/09/08/fraktur-klavikula/.
Diakses 20 Januari 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar